top of page
Search
  • Writer's pictureApni Jaya Putra

Belajar dari Kasus Kodak dan Apple

Tahun 1997 saat Apple di ambang kebangkrutan, adalah Microsoft yang memberikan pertolongan. Dengan suntikan dana 150 juta USD, Stave Job memulai kembali operasional Apple dengan satu kata ajimat: Inovasi. Dalam pikiran Job, Apple hanya bisa menjadi pemimpin pasar dengan inovasi. Kalimatnya yang sering digunakan sebagai quote adalah “Innovation distinguishes between a leader and follower”


Apple, kata Prof Kamal Munir dari University of Cambridge, sebelum 1997 terjebak hanya pada pengembangan produk yang itu-itu saja, machintos. Era kebangkitan Apple ketika mereka mengembangkan pemutar music yang simple: Ipod menyusul kemudian Iphone.

Tetapi yang penting di sini bukan produk, Apple telah menyiapkan platform dan ekosistem. Yang dalam pikiran Christensen (dalam Innovator’s Solution, Harvard Business School Press, 2003) bahwa platform dan ekosistem itu menghasilkan lompatan inovasi berkelanjutan. Apple memang berinvestasi pada pengembangan platform Appstore dan apple music mereka, tetapi pihak ketiga lebih banyak berinvestasi pada pengembangan aplikasinya. Model business yang kemudian diikuti oleh Googgle melalui proyek android mereka.


Kini Apple telah berkembang dengan pengembangan mesin computer i-Mac, tablet iPad, computer jinjing Macbook dan jam tangan i-watch. Setiap kali lini produk yang keluar semua penggemar apple menantikan: disain terbaru, tekhnologi terbaru, dan inovasi terbaru.

Kita kembali ke kasus Kodak. Kodak adalah perusahaan mapan. Pemimpin penjualan pita seluloid terbesar dan tak ada yang mengira bahwa mereka akan bangkrut. Di tahun 1997 tahun yang sama saat Apple hampir bangkrut, Kodak mencatat penjualan tertinggi yakni dengan revenue 15 billion USD.


Kodak masih beranggapan bahwa orang tak akan pernah berkompromi dengan kualitas. Pada saat itu sebenarnya Kodak juga sudah mulai mendeteksi digital camera. Tapi dengan arogan Kodak berkata bahwa digital kamera tidak akan pernah tergantikan oleh kamera tradisional. Tapi kodak lupa bahwa digital kamera tidak hanya berdiri sendiri sebagai kamera tapi juga disematkan di dalam hand phone. Kodak juga lupa bahwa masyarakat juga tidak memelukan hard print. Di zaman yang makin social, gambar disebarkan lebih banyak melalui social media.


Dan benar, kodak akhirnya meng cut off 15 ribu karyawannya di tahun 2004, revenue berkurang dan kerugian dari tahun ke tahun makin besar. Di saat menyatakan diri bangkut, total kerugian Kodak mencapai 687 juta usd. (source Eastmen Kodak Co, Thomson Reuters, News Report)


Distribusi global, brand yang terkenal dan kapabilitas marketing ternyata tidak bisa menjamin Kodak bisa bertahan. Ia kalah karena tak berinovasi ke digital. Kodak Kalah karena perusahaan-perusahaan yang baru muncul dengan ide lebih cemerlang, lebih digital, lebih terhubung dan lebih social. Dunia digital memang bukan hanya semata soal kompetisi tapi juga soal kolaborasi. Karena itu pembentukan ekosistem dari sebuah industry menjadi penting.


Siapa perusahan-perusahan yang mengikuti jejak Apple hari ini. Perusahaan berbasis tekhnologi saat ini yang masih bertahan adalah perusahaan yang melakukan inovasi berkelanjutan yakni Google, Amazon, Microsoft. Ketiganya menurut Kantar (2021) masih masuk dalam Most Valuable Global Brand


Sementara brand-brand besar dahulu yang mengikuti jejak Kodak adalah, Nokia, Blockbuster dan Yahoo. Masalah terbesar mereka adalah lack of innovation. Blockbuster tak menyangka Netflix yang datang untuk bekerjasama bisa lebih innovatif dalam distribusi melalui ptatform film-film box office dan film-film baru original nettflix.


Nokia tak menyangka bahwa agresifitas tekhnologi, sistem operasi dan platform yang dikembangkan iOS dan Android membuat mereka hilang dari pasar. Nokia terlalu percaya bahwa ia bisa mengembangkan sisten operasi Symbian yang terbatas. Sementara Apple vs Adroid sedang berperang di inovasi. Produk Nokia yang tadinya merajai pasar hand phone dunia akhirnya menyerah dan diakuisisi Microsoft dan tragisnya kini nokia dipaksa menggunakan Android.


Yahoo juga menyerah dengan akuisi murah dari Verizon, Raksasa Telko Amerika. Mengakhiri kerajaan bisnis nya secara independent selama 21 tahun. Yahoo rontok oleh pesaingnya google dan facebook. Keduanya pernah menawarkan diri untuk dibeli oleh yahoo pada awalnya. Dihajar juga oleh Apple dan Android yang lebih ramah terhadap innovasi google dalam browsing, mesin pencari hingga ke map.


Yahoo menikmati zona nyaman mereka dan lupa berinovasi. Yahoo juga lupa mengikuti keinginan pengguna internet yang ingin sistem yang lebih mobile. Dua hal penting yang membuat yahoo makin terpuruk dan akhirnya menyerah. (*)

121 views0 comments
bottom of page